KURIKULUM KURSUS BERBASIS INTERAKSI (Bagian-1)
Saturday, December 1, 2012
Add Comment
A-PENGANTAR
Berdasarkan pengalaman mengelola kursus sejak tahun 1985 di Kebumen, LPK Intan sudah lebih dari 27 tahun merasakan manis-pahit-getirnya mengelola kursus ketrampilan. Pada tahun 1985 sampai 1990, LPK Intan Sruweng menggunakan kurikulum berbasis Nasional dan telah berhasil meluluskan peserta kursusnya dalam Ujian Nasional Akuntansi, Ujian Nasional Mengetik dan Ujian Nasional Bahasa Inggris yang diselenggarakan oleh Depdikbud, baik tingkat Dasarsatu, Dasardua maupun tingkat Terampil.
Selaras dengan perubahan jaman, sejak tahun 1991 kursus mengetik berubah menjadi kursus komputer, sementara kursus akuntansi berubah menjadi kursus menjahit, sehingga LPK Intan sejak tahun 1991 menyelenggarakan kursus komputer, kursus bahasa Inggris dan kursus menjahit. Kurikulum yang digunakan masih tetap berbasis Nasional dan sekitar tahun 2005 sampai 2009 beralih menggunakan kurikulum kursus berbasis kompetensi.
Mulai tahun 2010 LPK Intan Sruweng turun ke desa-desa yang masyarakatnya melaksanakan kegiatan pelatihan menjahit bekerjasama dengan PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat). Ternyata banyak pengalaman baru yang diperoleh selama memberikan kursus menjahit dari desa ke desa, setiap bulan pindah ke desa lain, mulai tahun 2010, 2011 dan 2012, sampai memasuki desa-desa wilayah pegunungan di Kabupaten Kebumen. Kurikulum yang digunakan berganti lagi yaitu kurikulum berbasis interaksi.
B-KURIKULUM KURSUS BERBASIS INTERAKSI
Kurikulum kursus berbasis interaksi adalah kurikulum yang dibuat oleh Lembaga Kursus berdasarkan interaksi dan wawancara dengan kelompok tertentu yang akan mengikuti kursus. Misalnya kursus menjahit yang diselenggarakan oleh Lembaga Kursus bekerjasama dengan PNPM atau perusahaan tertentu, maka arah dan tujuan kursus harus diselaraskan dengan keinginan dari kelompok calon pesertanya, sehingga kurikulumnya juga harus disesuaikan dengan kebutuhan tersebut. Yang dimaksud kerjasama disini adalah Lembaga Kursus sebagai pihak yang memberikan bekal ketrampilan kepada peserta kursus. Kemudian PNPM atau perusahaan lain sebagai pihak yang memberikan dana dalam pelaksanaan kursus, dan masyarakat atau karyawan perusahaan yang dikursuskan adalah sebagai pihak yang sedang diberdayakan dalam rangka peningkatan sumber daya manusia, supaya bisa lebih produktif di kemudian hari.
C-HIKMAH MENGGUNAKAN KURIKULUM BERBASIS INTERAKSI
Menggunakan kurikulum kursus berbasis interaksi membawa hikmah dan pengalaman baru yang mengesankan karena dapat mengetahui apa yang dikehendaki calon peserta kursus, baik yang diinginkan masyarakat maupun perusahaan. Disini justru Lembaga Kursus yang harus melayani harapan dan keinginan masyarakat calon peserta kursusnya. Jadi kebalikan dari kurikulum yang sudah ditentukan sebelumnya baik nasional maupun yang berbasis komptensi, dimana masyarakat peserta kursus yang harus mengikuti kurikulum yang telah ditentukan tersebut.
Hikmah dan pengalaman baru yang dapat diambil dari penggunaan kurikulum berbasis interaksi antara lain, Lembaga Kursus dapat mengetahui warna dan kurikulum kursus model apa yang dikehendaki oleh masyarakat calon peserta kursus, antara lain:
1. Masyarakat calon peserta kursus menghendaki, agar waktu untuk kursus bisa lebih cepat (hanya sekitar satu bulan lamanya), materi kursusnya bisa lebih mudah dipahami dan hasil praktek latihan peserta kursus nyata bisa dirasakan adanya. Kursus menjahit yang hanya berlatih sekitar satu bulan lamanya, peserta kursusnya menghendaki agar baju hasil praktek latihannya sudah layak bisa dipakai pada saat hari penutupan pelatihan. Jadi pada hari penutupan pelatihan menjahit, semua peserta wanita diwajibkan memakai busana rok dan kebaya hasil praktek buatan sendiri, demikian halnya semua peserta pria diwajibkan memakai busana kemeja dan celana panjang hasil praktek buatan sendiri pula.
2. Selama pelatihan menjahit program PNPM berlangsung, banyak pihak telah hadir ke tempat latihan memonitor proses pelaksanaan kegiatan pelatihan tersebut, baik dari UPK di tingkat Kecamatan, Team monitoring dari LSM, juga para tokoh masyarakat di desa yang bersangkutan, kesemuanya hadir saling bergantian pada hari yang berbeda, seolah sudah diatur menurut jadwal monitoringnya. Semua dapat menyaksikan, bahwa baju yang dibuat betul-betul hasil praktek peserta kursus sendiri, mulai dari mengambil ukuran badan, membuat gambar pola, mengolah pola dan menjahitnya sampai menjadi baju jadi yang siap dipakai.
3. Pada hari penutupan pelatihan menjahit semua peserta kursus diwajibkan memakai busana hasil praktek buatannya sendiri, dengan tujuan:
a. Pihak peserta kursus lebih bersemangat dalam latihan, karena kalau hasil prakteknya belum baik akan merasa malu memakai baju buatan sendiri, terlebih dilihat banyak orang yang hadir dalam acara penutupan pelatihan.tersebut.
b. Pihak yang memberi dana pelatihan, baik sebuah proyek yang sedang memberdayakan masyarakat maupun perusahaan yang sedang meningkatkan SDM karyawannya, dapat memberikan penilaian terhadap pelatihan yang dilaksanakan, antara lain:
· Kalau jahitan baju masih kurang rapi tentu dapat dimaklumi, karena peserta masih dalam tahap latihan menjahit. Nanti setelah berulang kali praktek menjahit, tentu hasil jahitannya akan semakin rapi dengan sendirinya.
· Kalau bentuk baju yang dibuat belum mapan di tubuh pemakainya tentu tidak akan dapat dimaklumi, karena hal ini merupakan kesalahan Lembaga Kursus dalam melatih cara menggambar bentuk pola pakaian. Meskipin nantinya peserta kursus sudah berkembang hasil jahitannya sudah rapih, namun baju yang dibuat tetap tidak bisa mapan ditubuh pemakainya.
· Kerapihan jahitan baju dapat diperoleh dengan pengalaman sering menjahit baju, sedangkan kemapanan baju dibadan pemakainya diperoleh dari ilmu pengetahuan cara menggambar pola baju yang benar.
c. Pihak Lembaga Kursus yang memberikan pelatihan mendapat tantangan baru untuk selalu memperbaiki diri, agar bisa memberikan pelayanan yang terbaik sesuai kebutuhan peserta kursusnya, baik dari masyarakat umum maupun dari karyawan perusahaan tertentu.
E-KUNCI INTI MENJADI MANUSIA SIAP KERJA
Masyarakat sekarang sudah semakin kritis, mereka mengikuti pendidikan, pelatihan dan kursus tujuan utamanya adalah supaya dapat menjadi MANUSIA SIAP KERJA, sehingga dapat bekerja dan punya penghasilan, baik dengan cara wirausaha mencipta pekerjaan sendiri maupun dengan bekerja kepada pihak lain.
Kunci-inti bisa menjadi manusia siap kerja sebenarnya sangatlah sederhana, silakan direnungkan untaian kalimat sederhana berikut ini.
Orang bekerja selalu menggunakan alat kerja. Dari waktu ke waktu alat kerja selalu berkembang selaras dengan kemajuan jaman. Alat kerja masa lalu berbeda dengan alat kerja masa sekarang dan berbeda pula dengan alat kerja masa mendatang…
Siapa yang siap kerja pada masa lalu? Hanya mereka yang bisa menggunakan alat kerja masa lalu.
Siapa yang siap kerja pada masa sekarang? Hanya mereka yang bisa menggunakan alat kerja masa sekarang.
Siapa yng siap kerja pada masa mendatang? Hanya mereka yang bisa mengunakan alat kerja masa mendatang.
Barang siapa tidak bisa menggunakan alat kerja dijamin tidak akan bisa bekerja, karena orang kerja itu selalu menggunakan alat kerja, berlaku untuk siapapun, dimanapun dan kapanpun…
Semoga dengan merenungkan untaian beberapa kalimat diatas, semua bisa merenungkan apa sebenarnya kunci inti menjadi manusia siap kerja…
Selanjutnya, silakan renungkan kembali untaian kalimat sederhana berikut ini untuk memperoleh apa sebenarnya kunci inti kesempatan kerja.
Saya sudah siap kerja dan dapat menggunakan alat kerja masa kini, kenapa tetap belum bisa bekerja, kalau melamar kerja selalu ditolak, gagal tidak bisa diterima. Kenapa menjadi sulit mendapatkan pekerjaan?
Karena lowongan kesempatan kerja yang tersedia hanya untuk lima orang, sementara yang melamar kerja ada tiga puluh orang. Kalau saja lowongan kerjanya tersedia untuk tiga puluh orang tetapi yang melamar baru ada lima orang, mungkin bisa diterima… he-he-he…
Meskipun sambil tertawa, kalimat diatas bukanlah kalakar, tetapi merupakan kunci inti yang sebenarnya. Untuk bisa bekerja kepada pihak lain, selain sudah siap kerja masih ada syarat lain, adakah kesempatan kerja yang dibuka oleh pihak lain, jadi masih tergantung kepada pihak lain.
Kalau ingin dijamin bisa bekerja, ciptakan pekerjaan untuk dirinya sendiri dengan wira usaha…
F-PENUTUP
Apa yang diuraikan diatas sebenarnya merupakan hasil pengalaman berinteraksi wawancara dengan msyarakat di pedesaan, dalam rangka menyusun kurikulum kursus menjahit berbasis interaksi.
Untuk melihat kurikulum tersebut silakan
KLIK DISINI, Kurikulum Kursus Berbasis Interaksi (Bagian 2)
KLIK DISINI, mesin jahit multi fungsi
Untuk melihat kurikulum tersebut silakan
KLIK DISINI, Kurikulum Kursus Berbasis Interaksi (Bagian 2)
KLIK DISINI, mesin jahit multi fungsi
0 Response to "KURIKULUM KURSUS BERBASIS INTERAKSI (Bagian-1)"
Post a Comment